Anak-anak dan saudara saudari yang dikasihi! Kali ini marilah kita
terus menerus menyiasat dengan keadaan hati kita dan berusaha merawat
dan mengubatinya. Kita perlu terus menerus dalam proses tarbiyah
Islamiyah tanpa jemu kerana melalui proses tarbiyahlah kita dapat
menghidupkan dan menguatkan hati kita. Apa yang ditulis ini adalah
mahasabah saya juga yang merasakan keperluan berhempas pulas dalam
bermujahadah mentarbiyyah diri. Semoga catatan ini memberikan manfaat
kepada kita dunia dan lebih lagi di Akhirat.
Muhammad bin Wasi’ yang bergelar Zainur-Qur’an berkata tentang matinya hati:
“Dosa demi dosa membuat hati seseorang mati”
Justeru, ketika seseorang berkata kepada Said Ibn Musayyab bahawa Abdul Malik bin Marwan berkata:
“Saat
ini, aku tidak lagi merasakan kebahagiaan kerana kebajikan yang aku
lakukan. Aku juga tidak lagi merasakan kegelisahan kerana dosa yang aku
perbuat”
Maka Said Ibn Musayyab berkata:
“Saat itu hatinya telah mati”
Contoh
di atas bukanlah satu-satunya pertanda matinya hati, melainkan masih
banyak indikasi lainnya, seperti yang tertera berikut ini:
1. Merasa senang dengan perbuatan dosa dan berusaha menampakkannya
2. Keinginan yang membara untuk berkumpul dengan orang-orang yang selalu berbuat maksiat
3. Merasa tertekan ketika melihat orang-orang yang taat
4. Sentiasa berbuat dosa dan tidak segera bertaubat
5. Tidak lagi merasa sedih dengan hilangnya perbuatan taat
6. Tidak lagi menolak kemungkaran, baik itu dengan tangan lisan, mahupun hatinya
ADAKAH KITA MEREMEHKAN HAK ALLAH SWT ATAS DIRI KITA?
Dosa
membuat seorang hamba berani melanggar batasan-batasan yang telah
digariskan oleh Allah SWT. Oleh kerana itu, hatinya selalu condong
kepada kemaksiatan, selalu melanggar apa yang telah diharamkan Allah
SWT, dan terhapus dari ingatannya semuanya sinonim dengan taubat.
Justeru, ketika Anas bin Malik R.A menyaksikan generasi tabi’in, ia berkata:
“Kalian
telah melakukan perbuatan-perbuatan yang di mata kalian amat remeh
dibandingkan halusnya rambut, sedangkan di zaman Rasulullah SAW kami
menganggap perbuatan-perbuatan tersebut termasuk dosa besar”
Anas
bin Malik R.A mengatakan hal tersebut kerana keimanan para sahabat jauh
dari kotoran yang menutup pandangan mereka. Sehingga mereka mengetahui
keagungan Allah SWT. Oleh itu salah satu dari mereka mengingatkanmu:
“Janganlah kamu melihat kecilnya maksiat namun lihatlah keagungan Zat (Allah) yang kepada-Nya kamu bermaksiat”
Tompokan
dosa demi dosa merupakan usaha licik dan tersusun oleh syaitan dengan
tujuan untuk mencabut rasa takut kepada Allah SWT dari hati hamba-Nya,
sehingga ia tenggelam dalam kubangan dosa, dan pada akhirnya membuat
hatinya mati serta tidak mampu merasakan apa-apa lagi.
ADAKAH KITA TERGOLONG SEBAGAI MUNAFIK ATAU MUKMIN
Abdullah bin Mas’ud R.A berkata:
“Seorang
mukmin sejati, melihat dosanya bagaikan gunung yang akan menghempap
dirinya, sedangkan orang jahat melihat dosanya bagaikan lalat yang
hinggap di hidungnya, seraya berkata: ‘Seperti ini saja’. Maka
terbanglah lalat tersebut”
Rasulullah memerintahkan kita untuk mengikuti nasihat-nasihat Ibnu Mas’ud. Rasulullah SAW bersabda:
“Apa yang diucapkan oleh Ibnu Mas’ud dariku, maka percayailah (terimalah)
Kita
semua melaksanakan perintah Rasulullah SAW, untuk menerima apa yang
dituturkan oleh Ibnu Mas’ud. Dr Khalid Abu Syadi bertanya:
“Bagaimana
kamu memandang dosa-dosamu? Apakah kamu memandangnya bagaikan gunung
yang akan menghempap dirimu atau lalat yang hinggap dihidungmu?”
Sebenarnya
kitalah yang akan menentukan selamat atau tidaknya diri kita di dunia
dan akhirat. Semakin besar tompokan dosa dalam hati kita semakin
hinalah kita di hadapan Allah SWT. Semakin hina kita rasakan diri kita
di hadapan Allah SWT maka semakin mulialah kita di sisi-Nya. Marilah
kita agungkanlah Allah SWT dalam qalbu kita dan akan kita rasai beratnya
dosa. Ini akan membawa kita menjadi mukmin yang sejati. Namun jika
kita meremehkan dosa-dosa, kita bimbangi nama-nama kita akan dicatat
dalam senarai orang-orang munafik.
“Ya Allah,
Engkau adalah Rabb-ku, tiada Ilah selain-Mu, aku berada dalam genggaman
janji-Mu dan ancaman-Mu menurut kehendak-Mu. Aku berlindung kepada-mu
dari kejelekan yang aku lakukan. Aku mengakui nikmat-Mu ke atasku dan
aku telah melakukan dosa, maka ampunilah aku dan sesungguhnya tidak ada
yang mengampuni dosa selain Engkau”
(HR Bukhari)
Jika
ingin mendapatkan manfaat yang terperinci anda boleh membaca buku
tulisan Dr Khalid Abu Syadi bertajuk ‘Ketika Allah Berbahagia’ terbitan
Gema Insani Press.
No comments:
Post a Comment
SILA KOMEN DENGAN BERNAS YA KAWAN-KAWAN